Jika kita ingin mengembangkan bisnis kita menjadi besar, riset menunjukkan bahwa kita harus “mencuri” tahu ke masa depan.
Banyak sekali nama-nama orang yang “jenius dalam bisnis”, sebut saja misalnya Steve Jobs, Bill Gates, atau yang sedang dalam sorotan saat ini adalah Elon Musk. Nama-nama seperti Peter Thiel dan tentu saja duo google Larry Page serta Sergey Brin, dan jangan lupa Jeff Bezos pemilik Amazon.
Apa kesamaan dari nama-nama diatas selain jenius dan pekerja keras? Mereka adalah pengintip masa depan yang hebat. Istilah Peter Thiel mereka jenis orang yang berinovasi dari Nol ke Satu. BUkan dari satu ke satu seperti konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa cara pandang merekalah yang berbeda, mereka melihat pandangan tentang masa depan sebagai lawan dari masa lalu.
Penelitian tersebut ditulis oleh Luis Martins, direktur Pusat Kelangsungan Hidup Herb Kelleher di Sekolah Bisnis McCombs di Austin dan ditulis bersama oleh Violina Rindova dari University of Southern California. Makalah tersebut berjudul “Tiga Pikiran Strategis: Menuju Perspektif Agen dalam Strategi Perilaku,” yang diterbitkan bulan September 2018.
Para penulis makalah tersebut berpendapat bahwa kunci untuk merumuskan strategi bisnis yang berhasil di seluruh bidang terletak pada pemikiran tentang masa depan daripada memainkan kembali masa lalu lagi dan lagi. Mereka juga mengklaim bahwa pemikiran semacam ini dapat diajarkan, dan mereka meminta akademisi bisnis lain untuk menguji dan memvalidasi teori dan metode yang mereka ajukan.
Menurut Martins, design thingking, sebuah proses penggunaan desain untuk menciptakan penawaran baru dan meningkatkan pengalaman pengguna, juga memiliki kapasitas untuk merevolusi suatu bisnis. Salah satu conthnya adalah raksasa teknologi Apple yang memebrikan perhatian yang besar pada segi desain yang ditawarkan.
Mengubah Kurikulum
Mungkinkah mentalitas semacam ini ditanamkan dalam pikiran para profesional bisnis muda saat mereka berada di kelas? Martins yakin hal itu bisa dilakukan. Menurutnya, imajinasi strategis dapat dipelajari dengan mengeksplorasi teknik pemikiran antisipatif, penalaran analogis dan pemikiran desain.
Menurutnya, berpikir tentang bagaimana model bisnis yang mapan dapat digunakan di ruang pasar baru adalah rute lain yang mungkin bisa diambil dalam upaya menuju kesuksesan. Dia pun kemudian mempraktekkan apa yang telah dia ajarkan di kelasnya sendiri di universitas, di mana siswa mengikuti tren teknologi, ekonomi dan sosial yang mungkin datang bersama di masa depan dan bertukar pikiran tentang barang-barang baru yang dapat mengarah ke pasar yang sepenuhnya baru.
Sayangnya, contoh yang sama tidak diikuti di tempat-tempat lain. Kurikulum standar saat ini tidak memberikan penekanan yang cukup pada imajinasi strategis, bahkan di sekolah bisnis papan atas.
Metodologi yang diterima hanya mengajarkan siswa bagaimana menganalisis masa lalu dan beradaptasi dengan masa kini. Meskipun Martins setuju ini adalah komponen penting dari strategi, dia tidak melihat mereka mengarah ke pencapaian bisnis terobosan tanpa imajinasi yang berfokus pada masa depan.